Jumat, 04 Januari 2008

PRAKTIK KLINIS DI LINGKUNGAN KEPERAWATAN

Banyak perawat yang masih bingung apa yang mesti dilakukan setelah di izin kannya perawat untuk membuka praktik mandiri layaknya dokter dan bidan. Banyak perawat yang membuka praktik layaknya dokter sehingga menimbulkan citra bahwa sebenarnya praktik yang diberikan oleh perawat sama halnya dengan praktik yang dilakukan oleh medis. Ketika saya telah menyelesaikan sekolah keperawatan sampai jenjang sarjana ada pihak dari keluarga menanyakan, “apakah setelah kamu selesai pendidikan tersebut akan menjadi dokter?”. Bagi yang mengerti tentu menjawab bahwa masuk sekolah perawat otomatis lulus juga sebagai perawat. Mana mungkin masuk bebek keluarnya ayam. Ini mencerminkan dimasyarakat bahwa pendidikan kesehatan yang tinggi hanya di miliki oleh medis, sedangkan keperawatan cukup sampai D3 saja. Ini disebabkan karena masih sulitnya masyarakat membedakan pelayanan yang diberikan oleh seorang sarjana S1 dan D3. apalagi dengan adanya program spesiasilasi, ini akan menambah bingungnya masyarakat terhadap pendidikan keperawatan. Karena dimasyarakat sudah melekat dalam – dalam bahwa yang namanya pelayanan kesehatan selalu berhubungan dengan obat, tanpa obat mungkin mereka mengira tidak akan sembuh. Pada hal tidak semua penyakit perlu diberi obat, contohnya saja flu.Apa yang harus dilakukan oleh perawat ketika membuka praktik klinik mandiri tersebut,apakah harus memberi obat layaknya medis.saya pikir tentu tidak……..
Dinegara maju seperti Amerika, Canada,dan Australia,disana telah berkembang praktik keperawatan mandiri yang sangat pesat, mereka tidak menunngu pasien layaknya praktik dokter disini, tetapi mereka dihubungi oleh keluarga pasien untuk memberikan bantuan kesehatan dirumah atau dikenal dengan home visit. Sebenarnya inilah salah satu area praktik klinis perawat yang harus digeluti dengan optimal.Saya berpikir seandainya home visit ini dapat berjalan, tidak mungkin ada pengangguran tenaga kesehatan terutama perawat yang berjumlah 125.000. dan tidak ada busung lapar yang diderita oleh anak – anak kita.
Alangkah lucunya negeri yang katanya bila tongkat ditancapkan ketanah pun akan tumbuh dengan subur, masih dijumpai busung lapar. Sudah saatnya perawat berbenah diri agar kejadian tersebut tidak terulangi lagi.Ketika perawat membuka praktek klinik ada beberapa ketrampilan asuhan keperawatan yang mesti dikuasasi dalam memberikan asuhan keperawatan dirumah :
1. Perawatan luka.
semua perawat pasti mengetahui cara merawat luka,tetapi tidak semua perawat paham bagaimana merawat luka yang kompleks,luka yang kompleks biasanya dirawat diruang khusus atau unit tertentu, misalnya : unit perawatan luka bakar. Untuk perawat yang melakukan perawatan luka dirumah, perawat dituntut untuk mengetahui bagaimana balutan luka yang dipakai, melakukan irigasi luka, melakukan pengkajian terhadap drain, dan bila luka mengeluarkan pus apa yang mesti dilakukan oleh perawat.
2. Perawatan pernafasan
Perawatan diunit intensive membutuhkan dana yang sangat besar, saking mahalnya perawatan di unit intensive terkadang ada yang memplesetkan nama unit tersebut menjadi expensive care unit. Sekarang masyarakat telah mengerti bahwa melakukan perawatan dirumah biasanya biaya lebih murah dan pasienpun merasa nyaman karena berada di lingkungan keluarganya masing – masing. Perasat yang dilakukan dirumah adalah: pengelolaan terapi O2, pemasangan ventilasi mekanik,perawatan tracheostomy dan suction ( pengisapan lender ).
3. Tanda – tanda Vital
Pasien yang menderita hipertensi seharusnya selalu melakukan control terhadap tekanan darahnya, apalagi bila mendapat obat penurun tekanan darah. Pemberian obat hipertensi tanpa melakukan cek tekanan darah, mempunyai resiko tersendiri bagi pasien yaitu dapat menimbulkan hipotensi, di sini dibutuhkan perawat yang mengelola perawatan pasien tersebut sehingga pemberian obat hipertensi dapat diberikan sesuai dengan tekanan darah atau dihentikan sementara bila tekanan darah berada dibawah normal. Keluarga pasien terkadang dapat diajarkan bgaimana melakukan pengukuran denyutan ( jika diperlukan).
4. Nutrisi
Siapa yang tidak kenal dengan nutrisi, semua orang tahu bahwa nutrisi penting untuk tubuh baik ketika sehat maupun pada saat sakit. Perawatan yang dilakukan dirumah adalah bagaimana seorang perawat melakukan pengkajian terhadap status nutrisi pasien, melakukan pemasangan pipa nasogastrik dan petunjuk diit yang dianjurkan.
5. Pengobatan
Pengobatan disini bukan berarti perawat menulis resep dan memberikan kepada pasien untuk ditebus ke apotik, bukan seperti itu……..pengobatan disini adalah bagaimana pasien mendapat informasi tentang obat yang dipakai atau diminum, dosis yang diberikan, efek samping yang timbul, dan memantau apakah obat yang telah diberikan memberi hasil yang optimal bagi pasien. Contohnya adalah pengobatan pada TB paru, bila tidak dikontrol oleh perawat dan keluarga pasien akan memberi hasil yang buruk bagi pasien itu sendiri.6. terapi intravenabagi pasien melakukan infuse dirumah lebih nyaman dibandingkan dirumah sakit. Perawat dapat melakukan penatalaksanaan dehidrasi, pemberian nutrisi parenteral, tranfusi darah, dan agens analgesic dan kemoterapi. Semua tindakan diatas biasanya dilakukan oleh seorang perawat generalis karena ia seorang perawat yang menerapkan ketrampilan dan pengetahuan pada semua level umur dan masalah kesehatan pada cakupan yang luas. Bagi sebahagian orang, mungkin apa yang tertulis disini terlihat biasa saja atau mungkin terlalu sederhana. Tetapi bagi saya yang telah menangani pasien – pasien yang melakukan perawatan dirumah, hal ini merupakan tantangan sendiri bagi kita sebagai perawat. Sehingga di tuntut untuk lebih jeli dan professional dalam bekerja. Bagi perawat yang belum bekerja tidak ada salahnya untuk mencoba apa yang telah saya lakukan, mungkin ini akan menjadi pengalaman tersendiri bagi anda….Selamat mencoba, semoga berhasil…….
Sumber: riza

RENDAM PANAS DAN RENDAM DUDUK (HOT SOAK and SITZ BATH)

Oleh: Rohman Azzam
PENDAHULUAN
Rendam (soak) adalah merendam suatu bagian tubuh, seperti lengan, dalam suatu larutan (lihat gambar) atau membungkus suatu bagian dengan kasa pembalut dan kemudian dibasahi dengan suatu larutan. Rendam dapat menggunakan tehnik bersih atau tehnik steril. Tehnik steril umumnya diindikasikan untuk luka terbuka, seperti luka bakar atau bagian tubuh yang mengalami pembedahan. Balutan kering umumnya dilakukan antara rendaman.

Rendam duduk atau rendam pinggul digunakan untuk merendam bagian pelvic klien. Klien duduk di bak khusus (bak mandi) atau di kursi, umumnya rendaman dari mulai dari pertengahan paha sapai ke iliac crest atau umbilikus. Bak khusus atau kursi yang digunakan lebih disukai bak mandi biasa, naumun dapat menyebabkan kurang efektifnya sirkulasi darah ke bagian perineum atau pelvic. Disposable sitz baths juga tersedia, dan ini umumnya digunakan dirumah dan baik pula digunakan dirumah sakit (lihat gambar).

Dokter biasanya memberikan perintah khusus untuk merendam, baik tempatnya, tipe larutannya, temperatur larutan, lamanya merendam, frekuensi dan tujuannya. Tehnik yang digunakan (apakah tehnik bersih ataukah tehnik steril) perawat yang menilai/menentukannya; jika terjadi kerusakan kulit maka diindikasikan untuk dilakukan dengan tehnik steril. Lamanya merendam biasanya antara 15-20 mrnit.

TUJUAN
1. Untuk mempercepat supurasi, mencairkan eksudat, dan mempercepat penyembuhan.
2. Untuk memberikan medikasi/pengobatan pada bagian tubuh tertentu.
3. Untuk membersihkan luka, seperti luka insisi, eksudat.

PENGKAJIAN KLIEN
1. Catat jumlah, warna, dan karakter drainage pada balutan yang diangkat.
2. Catat penampilan area yang akan direndam meliputi adanya kemerahan, warna, jumlah,
dan karakter drainage, adanya pembengkakan, dll.
3. Catat keluhan-keluhan rasa tidak nyaman.
4. Selama sitz bath, catat warna klien dan denyut nadi. Penambahan denyut nadi atau
kepucatan yang berlebihan dapat menyebabkan pingsan.

INFORMASI PENDAHULUAN
1. Cek order dokter untuk mengetahui tipe larutan yang digunakan.
2. Cek apakah rendam itu dilakukan dengan tehnik steril, baik baskom maupun larutanya
steril.
3. Tentukan praktek-praktek (standar operasional prosecur) rumah sakit tentang
temperatur dan lamanya waktu yang dianjurkan untuk merendam.

PERSIAPAN ALAT
Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyiapkan alat untuk mencegah transmisi mikroorganisme terhadap klien. Selanjutnya alat yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
1. Penampung seperti baskom (kom) kecil untuk merendam jari atau tangan, atau kom
khusus untuk lengan atau kaki, atau bak rendam atau bak duduk.
2. Larutan khusus dengan temperatur yang sesuai. Jika dokter tidak menentukan suhu
larutan, maka suhu larutan hendaknya ditentukan antara 40°-43°C, sesuai dengan
kemampuan klien mentoleransinya. Penampung tersebut harus diisi setengahnya.
3. Termometer untuk menguji suhu larutan.
4. Handuk untuk menopang tepian baskom (kom) dan untuk mengeringkan bagian tubuh
setelah dilakukan perendaman.
5. Bahan-bahan pembalutan sesuai kebutuhan. Kasa persegi dan kasa gulung mungkin
diperlukan setelah melakukan perendaman ekstremitas; perineal pads dan T-binder
mungkin diperlukan setelah melakukan perendaman pada area perineal.

PROSEDUR

A. Merendam Tangan atau Kaki
1. Buka pembalut (jika klien sebelumnya menggunakan pembalut) dan buang ke dalam
tempatnya (kantong/tempat sampah). Catat adanya drainage.
2. Masukan/rendam bagian tubuh ke dalam penampung (kom) dan banjal tepian penampung
dengan handuk.
3. Jika rendaman dengan tehnik steril, tutup penampung dengan penutup steril atau penutup
penampung steril.
4. Cek klien dan tes temperatur larutan paling tidak satu kali selama melakukan perendaman.
5. Angkat bagian tubuh dari baskom/penampung dan keringkan. Jika perendaman dilakukan
dengan tehnik steril, gunakan handung kering steril untuk mengeringkannya.
6. Kaji penampilan bagian yang telah direndam dengan teliti, dan gunakan kembali balutan
jika diperlukan.

B. Sitz Bath
7. Isi sitz bath dengan air.
8. Alasi tepian bak atau tempat duduk dengan handuk sesuai kebutuhan.
9. Buang/buka pakaian klien atau tarik/kaitkan keatas sampai diatas pinggang.
10. Buang T-binder dan perineal dresing (pembalut perineal) jika klien menggunakannya, dan
catat adanya drainage.
11. Tutupkan selimut mandi disekitar bahu klien.
12. Bantu klien kedalam bak, letakan bel pada tempat. Tetap bersama klien jika diperlukan dan
pada waktu mengakhirinya jika diperlukan.
13. Cek klien dan uji suhu larutan paling tidak satu kali selama merendam.
14. Bantu klien keluar/mengakhiri sitz bath, dan keringkan area dengan handuk.
15. Kaji area perineal dan gunakan kembali balutan dan pakaian sesuai kebutuhan.


LANGKAH SELANJUTNYA
1. Bersihkan alat-alat bekas pakai, kemudian cuci tangan
2. Catat tindakan perendaman, meliputi lamanya, suhu, tipe larutan, penampilan luka, dan
respon klien.
Contoh pencatatan :

Tanggal Waktu Catatan

5-6-1999 09.00 wib Rendam jari tangan, larutan saline 43°C,
20 menit, terdapat eksudat purulen yang
membasahi kasa 2x2 inci. Jari tidak bengkak tetapi
kemerahan.
Rohman Azzam

3. Lporkan penampilan luka dan respon klien kepada perawat penanggung jawab.

REFERENSI:
Kozier, Erb, Techniques in clinical nursing a comprehensive approach, Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts, California, 1982, p.p. 956-958.

FROSTBITE (COLD INJURY)

Definisi
Frosbite adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan oleh terpapar temperatur yang dingin (Thompson, J.M., 1986, p 630).

Faktor Predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi yang berkaitan dengan terjadinya frosbite. Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadp iklim dingin dari iklim hangat akan mengalami vasospasme yang hebat dan berkurangnya produksi panas pada ekstremitasnya ketika ia terpapar dengan temperatur yang dingin. Diketahui adanya pengaruh ras sebagai faktor predisposisi, yakni orang yang berkulit hitam. Kelelahan, kelaparan, usia muda atau tua, gangguan sirkulasi/penyakit vaskuler perifer (akibat aterosklerosis, diabetes mellitus, Raynaud’s syndrome), alkohol, nikotin dan hipoksia meningkatkan resiko frosbite atau rentan terhadap terjadinya frosbite. Faktor yang meningkatkan pengeluaran panas seperti kontak dengan metal, kulit basah berkontribusi terhadap terjadinya frosbite serta beratnya injuri frosbite (Thompson, 1986, p 630; Kneisel, 1986, p 2213)

Klasifikasi
Frosbite diklasifikasian ke dalam 2 tipe yaitu frosbite permukaan (superfisial) dan frosbite dalam (deep). Frosbite permukaan adalah frosbite yang mengenai kulit sampai dengan jaringan subkutan, dengan karakteristik area injuri berwarna putih, seperti lilin, lunak dan anestetic. Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada. Pada saat pencairan area injuri menjadi merah, edema, nyeri dan kemudian menjadi burik/belang atau keungu-unguan. Blister dapat terbentuk dalam 24 jam dan pecah pada sekitar 10 hari, meninggalkan eschar hitam dan kasar. Setelah 3-4 minggu eschar terpisah, meninggalkan epitel baru sensitif. Nyeri berdenyut (throbbing) dan nyeri panas/rasa terbakar (burning) yang berlangsung beberapa minggu. Area ini sensitif terhadap panas dan dingin untuk sekitar sebulan, dan bagian yang mengalami frosbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.

Frosbite dalam menyebabkan injuri pada kulit, jaringan subkutan, otot, tendon dan struktur neurovaskuler. Bagian yang mengalami injuri kasar dan padat, tetap dingin, burik/belang dan biru atau kelabu setelah pencairan. Blister mungkin tidak terbentuk tetapi dapat pula terbentuk setelah beberapa minggu pada tempat dimana terdapat jaringan yang masih dapat hidup (viable) dan jaringan yang tidak dapat hidup (nonviable). Edema biasanya mengenai anggota badan dan memerlukan waktu sekitar sebulan untuk sembuh. Ketika blister kering, menjadi hitam dan terbentuk cekungan, suatu garis pemisah terlihat karena jaringan yang masih dapat hidup, terlepas atau tertarik dari jaringan yang mati.

Kneisel (1986) membagi frosbite bedasarkan tingkatan cedera jaringan kedalam empat derajat dengan karakteristiknya masing-masing, yaitu:
Derajat I : cedera mengakibatkan eritema setelah dihangatkan kembali
Derajat II : terjadi pembentukan blister
Derajat III: terjadi nekrosis kulit
Derajat IV : kerusakan jaringan lunak, dan dapat terjadi gangren pada jari-jari atau ekstremitas.

Patofosiologi
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri.

Dengan pembekuan sel secara langsung (crystallization), terbentuk kristal es di dalam cairan ekstraseluler dan secara osmotik menarik cairan intraseluler, sehingga menyebabkan dehidrasi sel. Perubahan vaskuler yang terjadi antara lain meliputi vasokonstriksi, penurunan perfusi kapiler dan peningkatan viskositas darah dengan disertai terbentuknya endapan dan trombus.

Setelah pencairan, terjadi stasis vaskuler pada area yang injuri sebagai akibat obstruksi pada dasar pembuluh darah. Edema terjadi pada area injuri dan berlangsung selama 2-3 hari setelah pencairan. Trombus, perdarahan interstitial dan infiltrasi leukosit dapat terjadi. Nekrosis jaringan terjadi dan menjadi lebih jelas sebagai edema yang pecah.
Luasnya injuri ditentukan oleh besar dan kecepatan pengeluaran panas dari kulit.

Manifestasi Klinik
Kerusakan yang terjadi dapat kecil/ringan dapat juga luas hingga mampu menyebabkan hilangnya suatu bagian tubuh. Adapaun bagian tubuh yang sering terkena meliputi tangan, kaki, hidung dan telinga. Gambaran klinis yang dapat diamati tergantung pada tipenya (lihat klasifikasi, seperti dijelaskan di atas).
Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Escharotomy
2. Sympathectomy
untuk spasme berat dan nyeri
3. Debridement setelah retraksi jaringan viable (13 minggu – 4 bulan setelah injuri)
4. Amputasi ekstremitas nonviable setelah retraksi jaringan viable; mungkin beberapa bulan
setelah injuri.

Medikasi
1. Imunisasi tetanus 0.5 ml IM
2. Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk menurunkan endapan;
terapi ini masih kontroversial.
3. Antibiotik: tetrasiklin atau ampisilin untuk profilaksis, 250 mg po setiap 6 jam.
4. Analgesik narkotik : morphin 15 mg IM setiap 3 jam atau
5. Analgesik antipiretik : aspirin, 600 mg po setiap 3 jam.

Pendukung
1. Merendam di air hangat selama 20 menit dengan suhu 38° - 45 °C (100° - 112 °F)
2. Lindungi pasien.


Pengkajian
Riwayat kesehatan
Klien mungkin mengeluh nyeri (rasa terbakar) atau berdenyut.
Sensitif terhadap panas dan dingin

Pemeriksaan fisik
Mengkaji warna kulit, karakteristik lesi :

Frosbite Permukaan (superfisial), akan didapatkan:
-Area injuri berwarna putih, seperti lilin; lunak dan anestetic.
-Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada.
-Pada saat pencairan area injuri menjadi merah, edema, nyeri dan kemudian menjadi
burik/belang atau keungu-unguan.
-Blister, dapat pecah, eschar hitam dan kasar.
-Area frosbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.

Frosbite Dalam, kemungkinan akan didapatkan :
-Area injuri kasar dan padat, tetap dingin, burik/belang dan biru atau kelabu setelah pencairan.
-Blister mungkin tidak terbentuk tetapi dapat pula terbentuk
-Edema.
-Ketika blister kering, menjadi hitam dan terbentuk cekungan

Kaji pula adanya infeksi, yang ditandai oleh :
-Terdapat pus
-Kemerahan
-Bau
-Demam

Diagnostik : peningkatan leukosit.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan perifer
§ Rendam dalam air hangat dengan suhu 38° - 45° C selama 20 menit.
§ Saat direndam hindari kontak kulit dengan container
§ Instruksikan klien untuk tidak merokok agar terhindari dari vasokonstriksi.

Gangguan integritas kulit
§ Gunakan linen steril
§ Isolasi ekstremitas atau klien untuk mencegah infeksi
§ Gunakan bed cradle
§ Pelihara agar blister tetap utuh
§ Tinggikan ekstremitas secara periodic

Gangguan mobilitas fisik dan kenyamanan
§ Mulailah latihan pergerakan
§ Ajarkan tehnik relaksasi
§ Kolaborasi pemberian analgetik

Gangguan konsep diri bodi image
§ Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang tubuh & penampilannya.
§ Kaji ketakutan klien akan reaksi penolakan oleh orang lain
§ Dorong klien untuk menyampaikan keluhannya, kemarahannya, rasa kesedihannya, rasa
bersalah, rasa takut akan kemungkinan hilangnya bagian ekstremitas atau fungsinya.
§ Bantu dalam melalui tahapan berduka
§ Observasi tanda-tanda depresi dan apatis
§ Informasikan klien bahwa proses penyembuhan memerlukan waktu lama dan belum pasti;
berikan informasi yang akurat tentang penyembuhan
§ Dorong klien untuk mengekspresikan rasa ketidakpuasannya dan rasa frustasi.
§ Libatkan klien dalam membuat keputusan
§ Terima perasaan marah klien.

Kurang pengetahuan
§ Instruksikan klien untuk melindungi ekstremitas dari temperatur yang ekstrem dan
perubahan temperatur yang mendadak/cepat, ketika jaringan sedang sensitif terhadap
temperatur dan pendinginan/pembekuan akan menyebab-kan kehilangan jaringan.
§ Instruksikan klien untuk menghindari pakaian yang ketat atau menakan area yang dapat
menurunkan sirkulasi.
§ Instruksikan klien untuk menghindari merokok agar menurunkan vasokonstriksi.
§ Instruksikan klien tentang tindakan pencegahan untuk menghindari serangan berikutnya
atau injuri ulang pada bagian yang sering mengalami frosbite : gunakan pakaian penghangat;
menghindari kelelahan, kelaparan, alkohol ketika terpapar pada lingungan dingin.



Evaluasi
Jaringan dapat terlindungi
· Pencairan cepat terjadi dengan tanpa terjadi pembekuan ulang.
· Jaringan terbebas dari infeksi.
· Penyembuhan memungkinkan terjadi tanpa intervensi bedah
· Klien dapat melakukan ekstensi dan fleksi sendi

Klien menilai dirinya sendiri secara realistik
· Klien mulai lagi melakukan aktivitas sesuai tingkat kemampuannya.
· Klien mengembangkan interest dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat keterbatasnnya.
· Menyatakan kepuasanya dalam melakukan hubungan interpersonal
Klien terhindar dari cedera lebih lanjut pada area frosbite dan terhindar dari cedera berulang/ berikutnya
· Klien menghindari pakaian sempit, menekan area.
· Klien tidak merokok
· Klien menggunakan alat pelindung.
· Klien menghindari kelelahan, kelaparan dan alkohol ketika terpapar lingkungan dingin

Daftar Pustaka
Kneisel, C.R., Ames, S.W., (1986). Adult Health Nursing a Biopsychosocial Approach, Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts, pp. 2213-2215.

Thompson, J.M., et al., (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Co., St. Louis, pp. 630-632.


PERAWATAN LUKA ber-DRAIN

Pengertian Drain
Drain merupakan alat yang dimasukan ke dalam luka untuk membantu mengeluarkan cairan (discharge/drainage) dari luka melalui bagian yang terbuka pada luka. Drain terbuat dapat terbuat dari berbagai material, antara lain ada yang berasal dari selang karet dan kasa. Tanpa drain, banyak luka akan sembuh hanya pada permukaan atau bagian atas luka saja, sehingga discharge dapat terjebak dibagian dalam atau dibagian bawah luka . Jaringan didalam atau dibawah luka tidak dapat sembuh karena adanya discharge/drainage yang terjebak tadi dan kemudian dapat menyebabkan terbentuknya abses.
Selang karet yang pleksibel yang disebut juga Penrose Drain seringkali dimasukan atau dipasang selama pembedahan abdomen untuk mempermudah drainage eksudat dan penyembuhan jaringan. Suatu drain dimasukan dan dijahit melalui insisi. Panjang drain bervariasi dari 25-35 cm (10-14 inci), bergitu pula dengan lebarnya dari 2,5-4 cm (0,5-1,5 inci). Umumnya dokter menginstruksikan agar drain ditarik keluar/dikeluarkan atau dipendekan 2-5 cm (1-2 inci) setiap hari sampai lepas semuanya. Bila drain sudah semua keluar, maka luka yang masih tersisa umumnya sembuh dalam 1-2 hari. Di beberapa lembaga (rumah sakit, dll) memendekan drain dilakukan hanya oleh dokter, akan tetapi pada lembaga lain dapat dilakukan oleh perawat.

Membersihkan Tempat Drain Penrose dan Memendekan Drain
Tujuan membersihkan tempat drain
Untuk membuang adanya dicharge dari kulit , sehingga menurunkan bahaya iritasi kulit.
Menurunkan banyaknya mikroorganisme yang ada dan kemungkinan infeksi.

Tujuan memendekan drain
Untuk mengurangi panjang drain sehingga meningkatkan penyembuhan luka dari bagian dalam keluar luka (bagian bawah ke bagian atas).

Pengkajian klien
Kaji insisi
Kaji banyaknya dan karakteristik drainage dari area drain meliputi bau, kekentalannya dan warnanya.
Tentukan adanya rasa tidak nyaman yang dialami klien dan lokasi ketidaknyamanan tersebut.

Informasi awal yang perlu diketahui
Tentukan kebijakan lembaga tentang siapa yang memiliki kewenangan dalam memendekan drain.
Cek instruksi dokter tentang memendekan drain. Cek pula berapa pemendekan yang diinginkan setiap harinya (misalnya 2,5-5 cm)
Cek rencana keperawatan. Tentukan apakah drain sebelumnya telah dipendekan. Jika drian belum pernah dipendekan maka biasanya drain dalam keadaan melekat pada kulit karena dijahit. Bila demikian maka yang perlu dilakukan terlebih dahulu adalah mengangkat/menggunting jahitannya sebelum memendekan drain.


Persiapan alat
Sebelum membawa peralatan sebaiknya perawat cuci tangan terlebih dahulu. Alat yang diperluka adalah :
Seperangkat balutan steril, termasuk pula hemostat.
Bahan-bahan pembalutan steril secukupnya untuk menutupi insisi bedah dan tempat drain. Umumnya digunakan paling tidak 2 buah kasa 4x4 inci atau mungkin lebih.
Gunting steril untuk memotong drain dan memotong kasa yang akan diletakan disekitar drain.
Sebuah peniti pengaman steril.
Sarung tangan steril (jika diperlukan). Pemendekan drain dapat dilakukan dengan menggunakan forcep, tetapi kebanyakan perawat lebih suka menggunakan sarung tangan steril.
Kantung tahan air untuk menampung pembalutan bekas/yang telah kotor
Plester lengket, montegomeri.

Persiapan klien
Informasikan klien bahwa drain akan dipendekan dan prosedur ini tidak menimbulkan rasa nyeri.
Jelaskan pula mungkin klein akan merasakan sensasi/rasa tertarik untuk beberapa detik bila drain diangkat keluar untuk dipendekan.



Prosedur
Jika drain terletak ditengah-tengah insisi, maka bersihkan insisi dari atas menuju drain dan dari bawah menuju drain, menggunakan penyeka (kasa/kapas lidi steril) yang berbeda.
Bersihkan kulit disekitar tempat drain dengan melakukan penyekaan setengah lingkaran atau satu lingkaran penuh dari sekitar tempat drain ke arah luar (lihat gambar 1)
Gambar 1 Cara membersihkan luka.
Gambar diambil dari Kozier and Erb. (1982). Techniques in clinical nursing a comprehensive approach. California: Addison-Wesley Publishing Co.




Jika drain belum pernah dipendekan sebelumnya, maka gunting dan angkat jahitannya.
Dengan forcep (klem) atau pinset pegang dengan kuat drain dan tarik drain keluar sampai panjang yang dibutuhkan.
Gunakan sarung tangan steril, pegang drain diatas kulit dan masukan/tusukan peniti pengaman steril kedalam drain diatas permukaan jari-jari tangan yang sedang memegang drain (lihat gambar 2).
Gambar 2 Cara memasang peniti steril saat memendekan drain luka.
Gambar diambil dari Kozier and Erb. (1982). Techniques in clinical nursing a comprehensive approach. California: Addison-Wesley Publishing Co.





Gunting drain diatas peniti yang telah ditusukan ke dalam drain menggunakan gunting steril, sehingga panjang drain dari permukaan kulit/luka berkisar 2,5 cm atau 1 inci (lihat gambar 3)
Gambar 3 Cara memotong drain luka.
Gambar diambil dari Kozier and Erb. (1982). Techniques in clinical nursing a comprehensive approach. California: Addison-Wesley Publishing Co.



Pasang kasa 4x4 inci yang telah digunting separuh bagian tengah dan letakan disekitar tube drain (lihat gambar 4)
Gambar 4 Cara memasang kasa steril pada area sekitar drain luka.
Gambar diambil dari Kozier and Erb. (1982). Techniques in clinical nursing a comprehensive approach. California: Addison-Wesley Publishing Co.






Balut insisi dan tempat drain, dan letakan balutan/kasa yang lebih banyak sampai melewati drain dan disamping serta di bawah drain.
Amankan balutan dengan menggunakan plester atau montgomeri.


Daftar Pustaka

Kozier and Erb. (1982). Techniques in clinical nursing a comprehensive approach. California: Addison-Wesley Publishing Co.