Jumat, 04 Januari 2008

FROSTBITE (COLD INJURY)

Definisi
Frosbite adalah injuri dingin yang bersifat lokal disebabkan oleh terpapar temperatur yang dingin (Thompson, J.M., 1986, p 630).

Faktor Predisposisi
Terdapat berbagai faktor predisposisi yang berkaitan dengan terjadinya frosbite. Orang yang tidak dapat menyesuaikan diri terhadp iklim dingin dari iklim hangat akan mengalami vasospasme yang hebat dan berkurangnya produksi panas pada ekstremitasnya ketika ia terpapar dengan temperatur yang dingin. Diketahui adanya pengaruh ras sebagai faktor predisposisi, yakni orang yang berkulit hitam. Kelelahan, kelaparan, usia muda atau tua, gangguan sirkulasi/penyakit vaskuler perifer (akibat aterosklerosis, diabetes mellitus, Raynaud’s syndrome), alkohol, nikotin dan hipoksia meningkatkan resiko frosbite atau rentan terhadap terjadinya frosbite. Faktor yang meningkatkan pengeluaran panas seperti kontak dengan metal, kulit basah berkontribusi terhadap terjadinya frosbite serta beratnya injuri frosbite (Thompson, 1986, p 630; Kneisel, 1986, p 2213)

Klasifikasi
Frosbite diklasifikasian ke dalam 2 tipe yaitu frosbite permukaan (superfisial) dan frosbite dalam (deep). Frosbite permukaan adalah frosbite yang mengenai kulit sampai dengan jaringan subkutan, dengan karakteristik area injuri berwarna putih, seperti lilin, lunak dan anestetic. Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada. Pada saat pencairan area injuri menjadi merah, edema, nyeri dan kemudian menjadi burik/belang atau keungu-unguan. Blister dapat terbentuk dalam 24 jam dan pecah pada sekitar 10 hari, meninggalkan eschar hitam dan kasar. Setelah 3-4 minggu eschar terpisah, meninggalkan epitel baru sensitif. Nyeri berdenyut (throbbing) dan nyeri panas/rasa terbakar (burning) yang berlangsung beberapa minggu. Area ini sensitif terhadap panas dan dingin untuk sekitar sebulan, dan bagian yang mengalami frosbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.

Frosbite dalam menyebabkan injuri pada kulit, jaringan subkutan, otot, tendon dan struktur neurovaskuler. Bagian yang mengalami injuri kasar dan padat, tetap dingin, burik/belang dan biru atau kelabu setelah pencairan. Blister mungkin tidak terbentuk tetapi dapat pula terbentuk setelah beberapa minggu pada tempat dimana terdapat jaringan yang masih dapat hidup (viable) dan jaringan yang tidak dapat hidup (nonviable). Edema biasanya mengenai anggota badan dan memerlukan waktu sekitar sebulan untuk sembuh. Ketika blister kering, menjadi hitam dan terbentuk cekungan, suatu garis pemisah terlihat karena jaringan yang masih dapat hidup, terlepas atau tertarik dari jaringan yang mati.

Kneisel (1986) membagi frosbite bedasarkan tingkatan cedera jaringan kedalam empat derajat dengan karakteristiknya masing-masing, yaitu:
Derajat I : cedera mengakibatkan eritema setelah dihangatkan kembali
Derajat II : terjadi pembentukan blister
Derajat III: terjadi nekrosis kulit
Derajat IV : kerusakan jaringan lunak, dan dapat terjadi gangren pada jari-jari atau ekstremitas.

Patofosiologi
Cedera sel pada frosbite disebabkan oleh pembekuan secara langsung pada sel disaat injuri atau oleh karena perfusi jaringan yang tidak adekuat sebagai akibat dari spasme vaskuler dan oklusi pembuluh-pembuluh kecil pada area injuri.

Dengan pembekuan sel secara langsung (crystallization), terbentuk kristal es di dalam cairan ekstraseluler dan secara osmotik menarik cairan intraseluler, sehingga menyebabkan dehidrasi sel. Perubahan vaskuler yang terjadi antara lain meliputi vasokonstriksi, penurunan perfusi kapiler dan peningkatan viskositas darah dengan disertai terbentuknya endapan dan trombus.

Setelah pencairan, terjadi stasis vaskuler pada area yang injuri sebagai akibat obstruksi pada dasar pembuluh darah. Edema terjadi pada area injuri dan berlangsung selama 2-3 hari setelah pencairan. Trombus, perdarahan interstitial dan infiltrasi leukosit dapat terjadi. Nekrosis jaringan terjadi dan menjadi lebih jelas sebagai edema yang pecah.
Luasnya injuri ditentukan oleh besar dan kecepatan pengeluaran panas dari kulit.

Manifestasi Klinik
Kerusakan yang terjadi dapat kecil/ringan dapat juga luas hingga mampu menyebabkan hilangnya suatu bagian tubuh. Adapaun bagian tubuh yang sering terkena meliputi tangan, kaki, hidung dan telinga. Gambaran klinis yang dapat diamati tergantung pada tipenya (lihat klasifikasi, seperti dijelaskan di atas).
Penatalaksanaan
Pembedahan
1. Escharotomy
2. Sympathectomy
untuk spasme berat dan nyeri
3. Debridement setelah retraksi jaringan viable (13 minggu – 4 bulan setelah injuri)
4. Amputasi ekstremitas nonviable setelah retraksi jaringan viable; mungkin beberapa bulan
setelah injuri.

Medikasi
1. Imunisasi tetanus 0.5 ml IM
2. Plasma ekspander: dextran 40, 20 ml/kg IV setiap 24 jam untuk menurunkan endapan;
terapi ini masih kontroversial.
3. Antibiotik: tetrasiklin atau ampisilin untuk profilaksis, 250 mg po setiap 6 jam.
4. Analgesik narkotik : morphin 15 mg IM setiap 3 jam atau
5. Analgesik antipiretik : aspirin, 600 mg po setiap 3 jam.

Pendukung
1. Merendam di air hangat selama 20 menit dengan suhu 38° - 45 °C (100° - 112 °F)
2. Lindungi pasien.


Pengkajian
Riwayat kesehatan
Klien mungkin mengeluh nyeri (rasa terbakar) atau berdenyut.
Sensitif terhadap panas dan dingin

Pemeriksaan fisik
Mengkaji warna kulit, karakteristik lesi :

Frosbite Permukaan (superfisial), akan didapatkan:
-Area injuri berwarna putih, seperti lilin; lunak dan anestetic.
-Pengisian kapiler (capillary refill) tidak ada.
-Pada saat pencairan area injuri menjadi merah, edema, nyeri dan kemudian menjadi
burik/belang atau keungu-unguan.
-Blister, dapat pecah, eschar hitam dan kasar.
-Area frosbite dapat mengeluarkan keringat yang berlebihan.

Frosbite Dalam, kemungkinan akan didapatkan :
-Area injuri kasar dan padat, tetap dingin, burik/belang dan biru atau kelabu setelah pencairan.
-Blister mungkin tidak terbentuk tetapi dapat pula terbentuk
-Edema.
-Ketika blister kering, menjadi hitam dan terbentuk cekungan

Kaji pula adanya infeksi, yang ditandai oleh :
-Terdapat pus
-Kemerahan
-Bau
-Demam

Diagnostik : peningkatan leukosit.

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
Gangguan perfusi jaringan perifer
§ Rendam dalam air hangat dengan suhu 38° - 45° C selama 20 menit.
§ Saat direndam hindari kontak kulit dengan container
§ Instruksikan klien untuk tidak merokok agar terhindari dari vasokonstriksi.

Gangguan integritas kulit
§ Gunakan linen steril
§ Isolasi ekstremitas atau klien untuk mencegah infeksi
§ Gunakan bed cradle
§ Pelihara agar blister tetap utuh
§ Tinggikan ekstremitas secara periodic

Gangguan mobilitas fisik dan kenyamanan
§ Mulailah latihan pergerakan
§ Ajarkan tehnik relaksasi
§ Kolaborasi pemberian analgetik

Gangguan konsep diri bodi image
§ Dorong klien untuk mengungkapkan perasaan tentang tubuh & penampilannya.
§ Kaji ketakutan klien akan reaksi penolakan oleh orang lain
§ Dorong klien untuk menyampaikan keluhannya, kemarahannya, rasa kesedihannya, rasa
bersalah, rasa takut akan kemungkinan hilangnya bagian ekstremitas atau fungsinya.
§ Bantu dalam melalui tahapan berduka
§ Observasi tanda-tanda depresi dan apatis
§ Informasikan klien bahwa proses penyembuhan memerlukan waktu lama dan belum pasti;
berikan informasi yang akurat tentang penyembuhan
§ Dorong klien untuk mengekspresikan rasa ketidakpuasannya dan rasa frustasi.
§ Libatkan klien dalam membuat keputusan
§ Terima perasaan marah klien.

Kurang pengetahuan
§ Instruksikan klien untuk melindungi ekstremitas dari temperatur yang ekstrem dan
perubahan temperatur yang mendadak/cepat, ketika jaringan sedang sensitif terhadap
temperatur dan pendinginan/pembekuan akan menyebab-kan kehilangan jaringan.
§ Instruksikan klien untuk menghindari pakaian yang ketat atau menakan area yang dapat
menurunkan sirkulasi.
§ Instruksikan klien untuk menghindari merokok agar menurunkan vasokonstriksi.
§ Instruksikan klien tentang tindakan pencegahan untuk menghindari serangan berikutnya
atau injuri ulang pada bagian yang sering mengalami frosbite : gunakan pakaian penghangat;
menghindari kelelahan, kelaparan, alkohol ketika terpapar pada lingungan dingin.



Evaluasi
Jaringan dapat terlindungi
· Pencairan cepat terjadi dengan tanpa terjadi pembekuan ulang.
· Jaringan terbebas dari infeksi.
· Penyembuhan memungkinkan terjadi tanpa intervensi bedah
· Klien dapat melakukan ekstensi dan fleksi sendi

Klien menilai dirinya sendiri secara realistik
· Klien mulai lagi melakukan aktivitas sesuai tingkat kemampuannya.
· Klien mengembangkan interest dan aktivitas yang sesuai dengan tingkat keterbatasnnya.
· Menyatakan kepuasanya dalam melakukan hubungan interpersonal
Klien terhindar dari cedera lebih lanjut pada area frosbite dan terhindar dari cedera berulang/ berikutnya
· Klien menghindari pakaian sempit, menekan area.
· Klien tidak merokok
· Klien menggunakan alat pelindung.
· Klien menghindari kelelahan, kelaparan dan alkohol ketika terpapar lingkungan dingin

Daftar Pustaka
Kneisel, C.R., Ames, S.W., (1986). Adult Health Nursing a Biopsychosocial Approach, Addison-Wesley Publishing Company, Massachusetts, pp. 2213-2215.

Thompson, J.M., et al., (1986). Clinical Nursing Practice, The C.V. Mosby Co., St. Louis, pp. 630-632.


Tidak ada komentar: